Sabda Hidup
Jumat, 13 September 2024, Peringatan St. Yohanes Krisostomus
Bacaan: 1Kor 9:16-19.22b-27; Mzm 84:3.4.5-6.12; Luk 6:39-42
Mengapakah engkau melihat selumbar di dalam mata saudaramu, sedangkan balok di dalam matamu sendiri tidak engkau ketahui?…. Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” (Luk 6: 41. 42b)
Dalam kehidupan kita, ada sisi terang yang dapat kita lihat dengan jelas, ada pula sisi bayang-bayang, yang tak dapat kita lihat dengan jelas. Sayangnya, kita lebih sering – dan rupanya menikmati – membicarakan sisi bayang-bayang yang tidak dapat kita lihat dengan jelas. Ada banyak hal yang dapat membutakan kita. Kemarahan, kesombongan, kemunafikan dapat menghalangi kita untuk melihat melampaui sisi bayang-bayang orang lain. Mengadili orang lain tanpa terlebih dahulu melakukan cek-dan-ricek adalah suatu tindakan yang tidak adil!
Injil hari ini mengundang kita untuk mengenal sesama secara lebih dalam dan melihat potensi-potensi, talenta dan karunia mereka. Kita diundang untuk membersikan mata (hati) kita dari segala prasangka dan kebencian, kemarahan dan sikap apatis. Sikap mawas diri mengangkat selumbar kemunafikan dan puas diri dari hati hati kita. Mengetahui dan mengakui kelemahan dan dosa-dosa akan menuntun kita pada kerendahan hati dan hormat terhadap orang lain. Dengan pengertian dan belas kasih, kita dapat melihat dengan jelas bahwa yang kita adili itu saudara dan saudari kita sendiri.
Sediakan waktu barang sejenak hari ini, untuk hening, melakukan pemeriksaan batin (examen conscientiae), bercermin dalam terang Kristus.
***
Yakomina lihat mace tetangga jemur baju lewat kaca jendela dapur. Dia lihat semua pakaian kotor kekuning-kuningan. Dia bilang kepada suaminya, “Pace, lihat, itu mace tetangga cucipakaian tetapi tetap saja kotor.” Tiga hari berikutnya, dia lihat mace tetangga yang sama jemur pakaian dan dia kembali lihat pakaian itu kotor. Kali ini dengan mencibir dia bilang sama suaminya, “Sia-sia dia cuci pakaian kalau begitu dia punya hasil.” Beberapa hari kemudian, Yakomina sarapan di dapur dan dia juga lihat mace tetangga jemur pakaian lewat kaca jendela dapur. Tapi dia heran, kali ini hasilnya berbeda. Semua pakaian bersih putih berkilau-kilauan. Dia melapor kepada suaminya, “Pace, lihat, baru sekarang mace tetangga itu mencuci bersih. Ternyata bisa juga.” Suaminya menjawab: “Mace, itu tetangga selalu cuci bersih. Kitorang pu kaca jendela dapur ini yang kotor…… Kemarin saya kasih bersih.”
***
Ketika pikiran kita didominasi oleh negative thinking kepada orang lain, maka kita menjadi “buta” terhadap orang lain. Peliharalah positive thinking. Itu akan membuka mata hati kita dan memampukan kita menerima orang lain dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Dalam salah satu wejangannya orang kudus kita hari ini, St. Yohanes Krisostomus berkata, “Hendaklah mulut kita juga berpuasa dari perkataan yang memalukan dan cercaan. Sebab apakah gunanya jika kita berpantang ikan dan unggas, tetapi kita menggigit dan menelan saudara-saudara kita? Pembicara yang jahat memakan daging saudaranya dan menggigit tubuh sesamanya.”