Sabda Hidup
Kamis, 3 Oktober 2024, Kamis Pekan Biasa XXVI
Bacaan: Ayb 19:21-27; Mzm 27:7-8a.8b-9abc.13-14; Luk 10:1-12.
Kemudian dari pada itu Tuhan menunjuk tujuh puluh murid yang lain, lalu mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dikunjungi-Nya. [Luk 10: 1]
Perikop Injil hari ini menyebutkan bahwa TUHAN menunjuk tujuh puluh murid yang lain dan mengutus mereka berdua-dua mendahului-Nya ke setiap kota dan tempat yang hendak dituju-Nya. Angka tujuh puluh memiliki makna simbolis bagi orang Yahudi: angka ini melambangkan para tua-tua yang dipilih untuk membantu Musa dalam memimpin dan mengarahkan bangsa Israel di padang gurun (Bilangan 11:16-17; Bilangan 11:24-25), dan juga melambangkan jumlah anggota Sanhedrin, dewan tertinggi bangsa Yahudi. Hubungan ini menunjukkan bahwa ketujuh puluh orang itu dimaksudkan untuk melayani sebagai penolong Yesus dalam misinya.
Penunjukan tujuh puluh murid yang lain ini juga menunjukkan bahwa misi penginjilan ini bukan hanya untuk para rasul, tetapi untuk semua murid Kristus. Kita diingatkan bahwa pembaptisan kita mempercayakan kepada kita masing-masing tanggung jawab untuk memberitakan Injil kepada dunia. Ada kemungkinan bahwa salah satu kelalaian di dalam gereja kita adalah bahwa kita mungkin telah melupakan “amanat” ini dan telah berlaku seolah-olah hal itu tidak ada kaitannya dengan komitmen kita kepada Gereja dan kehidupan Kristen kita.
Misi penginjilan itu tidaklah mudah, “seperti domba di tengah-tengah serigala”, seperti kata pepatah, tetapi inilah tugas kita. Untuk mencapai misi ini, diperlukan hati yang damai dan penuh belas kasihan, hati yang berbagi kehidupan dengan orang-orang yang diutusnya, menyembuhkan tubuh dan pikiran mereka yang sakit, dan yang terpenting, hati yang tidak menaruh dendam kepada mereka yang tidak menyambut para pewarta atau pesannya; penghakiman diserahkan kepada Allah. Misi kami adalah untuk menyambut dan bukannya mengasingkan, menyembuhkan tanpa menghakimi, dan meninggalkan bukannya mencela.
Perikop ini juga menyoroti beberapa pedoman penting untuk berpartisipasi dalam misi Yesus: Harta benda tidak boleh membebani seorang pewarta; ia harus melakukan perjalanan dengan ringan dan tidak terjerat dalam hal-hal duniawi. Pewarta Injil harus fokus pada misinya dan tidak terganggu oleh hal-hal yang sepele.
Lukas juga menulis bahwa para murid diutus berdua-dua. Ini menunjukkan bahwa Injil tidak dipercayakan kepada kreativitas seorang individu tetapi merupakan hasil dari usaha bersama. Siapapun yang berbicara atas nama Kristus tidak bertindak secara independen, tetapi dalam kesatuan dengan sesama orang percaya. Para penginjil awal setelah kenaikan Yesus – Petrus dan Yohanes (Kisah Para Rasul 8:14), Paulus dan Barnabas (Kisah Para Rasul 13:1) – selalu melakukan perjalanan secara berpasangan, tidak pernah sendirian.
Berdoa kepada Tuhan pemilik tuaian bukan hanya sekadar meminta lebih banyak pekerja, tetapi sebuah proses transformasi bagi murid. Doa memberikan stabilitas, sikap positif, dan kedamaian batin; doa merendahkan hati para murid, menolong mereka menaklukkan perlawanan, kemunduran, dan kegagalan. Doa itu mengungkapkan, selangkah demi selangkah, maksud dari ‘Tuan yang empunya tuaian’, memberdayakan para murid dan memperkuat tekad rohani mereka.
Tuhan, kupersembahkan diriku untuk pelayanan-Mu. Kuletakkan hidupku di kaki-Mu dan berkomitmen pada misi yang Engkau sediakan bagiku. Amin.