Sabda Hidup
Sabtu, 2 November 2024, Peringatan Arwah Semua Orang Beriman
Bacaan: 2Mak. 12:43-46; Mzm. 143:1-2,5-6,7ab,8ab.10; 1Kor. 15:20-24a.25-28; Yoh. 6:37-40.
Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman.” [Yoh 6: 39]
Seorang wanita memesan batu nisan untuk makam almarhum suaminya dengan tulisan ini: “Rest in Peace.”
Beberapa hari kemudian, dia temukan bahwa suaminya telah meninggalkan sebagian dari Wasiat Terakhirnya kepada seorang wanita lain. Dengan marah, ia menelepon tukang nisan untuk meminta agar ia mengubah tulisan di batu nisan tersebut. Tukang nisan itu menjawab bahwa “Rest in Peace” sudah tertulis di sana.
“Kalau begitu,” sang istri menjawab dengan ketus, ‘Tambahkan saja: “Tunggu. Sampai Kita Berjumpa Lagi!”
Hari ini kita rayakan Peringatan Arwah Semua Orang beriman, di mana kita kenangkan orang-orang terkasih yang telah meninggal.
Belum lama ini saya temukan sebuah majalah lama terselip di buku-buku saya saat kuliah, Reader’s Digest, Edisi September 2003. Ada sebuah artikel menarik, berjudul “After Life” yang ditulis oleh Anita Bartholomew., di dalamnya. Artikel ini bercerita tentang Pam Reynolds, 35 tahun, yang menjalani operasi otak karena adanya benjolan yang mengancam nyawanya pada arteri di otaknya.
Robert Spetzler, ahli bedah saraf yang mengoperasinya harus “menghentikan” jantungnya. Fungsi otaknya akan berhenti. Berdasarkan perhitungan klinis, Pam akan mati hingga satu jam. Ketika Spetzler menyalakan gergaji bedah untuk membuka tengkorak pasien, sesuatu terjadi yang tidak pernah tercatat pada alat monitor yang canggih.
Reynolds merasakan dirinya keluar dari tubuhnya. Di atas bahu dokter bedah, dia memandang ke bawah, melihat sendiri proses operasinya. Dia melihat Spetzler memegang gergaji bedah. Dia mendengar suara yang mengatakan bahwa pembuluh darah pasien terlalu kecil.
Kemudian dia mendapati dirinya berjalan menyusuri terowongan panjang menuju sebuah cahaya. Di ujungnya, dia melihat neneknya yang sudah lama meninggal, kerabat dan teman-temannya yang juga sudah meninggal. Kemudian seorang paman membawanya kembali ke tubuhnya dan menyuruhnya untuk kembali. Ketika dia sadar, Pam menceritakan kepada Spetzler semua yang telah dia lihat dan alami. Dokter bedah itu tidak percaya dengan ceritanya. “Ya… apa yang anda ceritakan itu ada di luar bidang keahlian saya,” katanya.
Banyak dokter akan mengatakan bahwa itu semua adalah halusinasi yang disebabkan oleh perubahan pada otak yang sekarat. Tetapi hal ini tidak mungkin terjadi karena halusinasi dapat terjadi HANYA jika otak masih memiliki fungsi. Namun dalam kasus Pam, ini nampak seperti mencabut komputer dari sumber listrik tetapi masih ada programnya.
Pasti ada sumber kesadaran lain selain otak. Sumber tersebut adalah apa yang dalam ajaran Kristen disebut sebagai JIWA.
Kehidupan setelah kematian dan keabadian jiwa adalah dasar dari iman Kristen. Dalam percakapan antara Yesus dan Marta tentang kematian saudaranya, Lazarus, Yesus menyatakan: “Saudaramu akan bangkit dan hidup kembali.” (Yohanes 11:23).
Kemudian Yesus berkata pada Perjamuan Terakhir: “Di rumah Bapa-Ku ada banyak tempat tinggal… Aku akan menyediakan tempat bagimu.” (Yoh. 14:2). Injil hari ini juga menegaskan hal yang sama: “Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman,” [Yoh 6: 39]
Dalam iman kita, tidak ada tempat bagi keraguan bahwa dalam kematian, Allah akan meninggalkan umat-Nya, hasil karya tangan-Nya, yang dicipta segambar dan serupa dengan-Nya, yang bagi mereka Kristus telah mati dan bangkit dari kematian. Allah tidak akan membiarkan kita binasa untuk selama-lamanya. Di dalam Kristus, kita memiliki janji Allah bahwa kita akan bangkit dari kematian untuk mendapatkan kemuliaan dan sukacita yang kekal. Dalam pengharapan ini, kita mempersembahkan hari ini arwah semua orang beriman ke dalam tangan Allah yang hidup.
Saat kita mengenangkan orang-orang tercinta yang telah meninggal hari ini, kita juga ingat akan kematian kita sendiri. Pertanyaan terpenting adalah: apakah kita siap menghadapi saat yang tak terelakkan itu, saat kita mempertanggungjawabkan kehidupan kita di hadapan Tuhan? Mempersiapkan kematian bisa berarti melakukan perbuatan baik sementara kita masih punya waktu di dunia ini. Tuhan kita dengan jelas mengatakan: “Kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya,” (Mat 6:20). Tentu jawaban atas pertanyaan di atas tidak hanya kita jawab saat kita mengenangkan arwah semua orang beriman saja, tetapi kita jawab dalam perjuangan hidup kita sehari-hari sebagai hamba-Nya yang setia.