Sabda Hidup
Kamis, 10 Juli 2025, Kamis Pekan Biasa XIV
Bacaan: Kej. 44:18-21,23b-29; 45:1-5; Mzm. 105:16-17,18-19,20-21; Mat. 10:7-15.
“Pergilah dan beritakanlah: Kerajaan Sorga sudah dekat. Sembuhkanlah orang sakit; bangkitkanlah orang mati; tahirkanlah orang kusta; usirlah setan-setan. Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.”
(Mat 10: 7 – 8).
Yesus, Sang Guru, melatih murid-murid-Nya dalam seni pewartaan Injil. Petunjuk-Nya sedikit, tetapi sangat mendasar bagi kemampuan mereka untuk melaksanakan misi tersebut. Tuhan ingin murid-murid-Nya menjadi orang-orang yang tahu bersyukur dan murah hati. Kemurahan hati menjadi semakin langka dan mahal harganya saat ini. Semakin langka orang yang memberi sesuatu secara cuma-cuma. Sering kali ada kepentingan tersembunyi di balik setiap tindakan.
“Kamu telah memperolehnya dengan cuma-cuma, karena itu berikanlah pula dengan cuma-cuma.” Seberapa sering kita meluangkan waktu untuk merenungkan apa yang telah kita terima? Saya tidak tahu, apakah karena masyarakat kita yang konsumeristis ataukah sifat manusia yang membuat kita begitu sulit untuk melihat kebaikan yang telah diberikan dalam hidup kita. Mengapa lebih mudah kita melihat apa yang tidak kita miliki dalam hidup kita?
Seberapa sering saya merasa kecil atau tidak layak dengan membandingkan diri sendiri dengan orang lain atau standar kesuksesan dalam budaya kita? Betapa sering kita membuang waktu dan energi, terobsesi dengan ketidakmampuan saya untuk memenuhi standar tersebut. Berapa sering kesempatan untuk “memberi dengan cuma-cuma” telah saya abaikan?
Kerajaan Allah dimaksudkan untuk dibagikan, dikomunikasikan, dan disebar-luaskan kepada semua orang. Khususnya kepada mereka yang tidak mampu membayar dengan apa pun, termasuk prestasi mereka. Pesan Injil, tanpa diragukan lagi, adalah sebuah anugerah. Pesan itu sangat berharga, tetapi tidak memerlukan biaya apa pun. Pesan itu harus diberikan dengan cuma-cuma, tanpa takut akan habis. Pesan itu diterima sebagai tanda kasih Allah. Bagian ini mengingatkan kita bahwa pemberitaan Injil atau penyebaran Kabar Baik, tidak hanya diperuntukkan bagi para teolog dan mereka yang ditahbiskan.
Bagaimana kita dapat berbagi sukacita Injil dalam kehidupan sehari-hari? Kita menerimanya dengan cuma-cuma dan memberikannya juga dengan cuma-cuma. Mewartakan sukacita Injil berarti membawa damai, menyambut, dan disambut. Saling menyapa di pagi hari dengan ucapan “selamat pagi” yang tulus dan menghadapi hidup dengan senyuman adalah cara untuk mewartakan sukacita Injil. Bersaksi tentang Injil juga berarti peduli terhadap masalah orang lain dan menanyakan kesejahteraan orang-orang yang terhubung dengan kita. Mewartakan Injil berarti mengalihkan pandangan dari handphone atau layar komputer saat seseorang menyapa Anda atau berbicara dengan Anda dan menatap wajah mereka.
Memberitakan Injil adalah memberi jalan, tempat duduk, atau prioritas dengan kelembutan atau kasih sayang. Memberitakan Injil adalah mendengarkan dengan sabar, berbicara tanpa membebani, dan tanpa menempatkan “saya” menjadi pusat percakapan. Memberitakan Injil adalah mengemudi dengan hati-hati, memperhatikan orang lain di sekitar kita untuk memudahkan hidup mereka, membantu, melakukan kebaikan kecil dengan sukacita dan kemudahan. Apa makna “memberitakan Injil” bagi anda?
Ya Allah, Engkau mengutus kami semua untuk mewartakan kerajaan-Mu dengan cara kami menghidupi Injil Yesus Kristus, Putra-Mu. Berikanlah kami semangat misi dan jangan biarkan kekhawatiran hari ini atau beban harta benda menghalangi kami untuk mewartakan sukacita Injil. Amin.
