Ada seorang yang kaya raya. Uang adalah segala-galanya bagi dia. Seluruh hidupnya dihabiskannya untuk mengumpulkan uang. Kini ia sudah sakit payah, tidak lama lagi ajal menjemputnya. Ketika akhir hidupnya semakin mendekat, ia berpikir bahwa dalam kehidupan sesudah mati nanti, uang juga merupakan segala-galanya. Maka, ia berpesan supaya satu kantong besar berisi uang emas ditaruh dalam peti, di samping jasadnya. Pesannya itu dipenuhi.
Di dunia seberang sana…. Malaikat pemegang buku memerlukan waktu yang lama sekali untuk mencari namanya dalam daftar kebaikan. Pencarian itu terlalu lama sampai dia sudah lapar dan haus menunggu. Dia melihat sekeliling. Nah, benar juga…. dia lihat sebuah rumah makan yang sangat menarik. “Aha…. Benar juga kan apa yang aku pikirkan. Untung saja, aku bawa uang…” katanya.
Rasa laparnya makin menyiksanya ketika ia mendekati rumah makan itu. Tapi sebelum ia duduk makan, penjaga rumah makan itu mengatakan kepadanya, bahwa uang yang dia bawa tidak laku di situ. “Maaf Pak, uang anda tidak berlaku di sini. Uang yang berlaku di sini, hanya uang yang sudah anda sumbangkan untuk orang-orang kecil dan miskin di dunia.” Orang itu tertunduk lesu… dia ingat-ingat kembali, berapa uang yang telah ia sumbangkan untuk orang lain…. dan dia tidak dapat menemukannya….
“What I spent I had.
What I kept I lost.
What I gave I have.”
“Sekali lagi Aku berkata kepadamu, lebih mudah seekor unta masuk melalui lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah,” (Mat 19: 24).