Sabda Hidup
Minggu, 26 Juni 2022, Minggu Biasa XIII Tahun C
Bacaan: 1Raj 19:16b,19-21; Mzm 16:1-2a,5,7-8,9-10,11; Gal 5:1,13-18; Luk. 9:51-62.
“Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.”
(Luk 9: 62)
Seorang penjaga mercu suar di sebuah pantai yang berbahaya diberi minyak dalam jumlah yang cukup untuk satu bulan dengan tugas utama menjaga agar lampu mercu suar itu tetap menyala setiap malam. Suatu hari, seorang ibu datang meminta sedikit minyak agar dapat menyalakan api dan anak-anaknya tidak kedinginan. Kemudian di hari lain, seorang petani datang. Anaknya perlu minyak untuk menyalakan lampu agar dapat membaca. Orang lain lagi datang membutuhkan minyak karena ia membutuhkan penerangan untuk menjaga orang tuanya yang sakit. Demikian, silih berganti orang datang meminta minyak kepada penjaga mercu suar itu, dengan alasan yang baik dan masuk akal. Pada akhir bulan, tangki minyak di mercu suar itu kering. Minyak habis. Malam itu, penjaga mercu suar itu tidak dapat menyalakan lampu mercu suar. Tiga kapal mengalami kecelakaan menabrak batu karang dan lebih dari 100 orang meninggal. Ketika diperiksa di pengadilan penjaga mercu suar itu mencoba menerangkan mengapa ia kehabisan minyak. Tetapi jaksa menjawab: “Anda hanya diberi satu tugas: menjaga agar lampu tetap menyala setiap malam. Hal-hal yang lain bukanlah yang utama. Tak ada alasan lain untuk membenarkan diri.”
Godaan adalah suatu pilihan antara baik dan jahat. Akan tetapi barangkali lebih pelik dan lebih sulit jika kita harus memilih antara dua pilihan yang baik. Penjaga mercu suar dalam cerita tadi mengalami dilema yang pelik, menghadapi pilihan yang sulit. Demikian juga orang-orang yang ingin mengikuti Yesus dalam Injil hari ini. Dalam kasus-kasus itu apa yang baik dapat berlawanan dengan yang terbaik. Seseorang harus berkata tidak terhadap yang baik agar dapat memilih satu hal yang perlu. Ada empat peristiwa dan perjumpaan dengan orang-orang yang ingin menjadi pengikut Kristus yang dihambat oleh kepentingan-kepentingan dan motif tersembunyi.
Yang pertama, perjumpaan antara utusan Yesus dengan orang-orang Samaria. Hal yang membuat orang-orang Samaria menolak kedatangan Yesus adalah patriotisme mereka. Orang-orang Samaria dan orang-orang Yahudi sudah lama bermusuhan. Orang-orang Samaria mungkin sudah pernah mendengar tentang Yesus dan apa yang Ia kerjakan. Mungkin saja mereka tertarik terhadap Yesus. Tetapi ketika mereka mengetahui bahwa Yesus dan para murid-Nya sedang menuju Yerusalem, mereka tidak mau menerima Dia. Patriotisme dan pengabdian terhadap bangsa dan tanah air tentu saja hal yang bagus. Tetapi ketika patriotisme atau sentimen kesukuan menjadi hambatan orang melihat realitas, termasuk hal-hal rohani dan hidup kekal, maka orang dapat kehilangan perspektif yang benar.
Peristiwa yang kedua adalah seseorang yang berkata kepada Yesus: “Aku akan mengikuti Engkau ke mana saja Engkau pergi.” Tetapi Yesus menjawab: “Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Mengapa Yesus berkata demikian? Mungkin karena Ia tahu bahwa orang yang ingin mengikuti-Nya itu adalah seorang yang begitu tergantung pada jaminan material dan rasa aman. Tentu saja, mempunyai jaminan kesejahteraan materi dan rasa aman adalah hal baik. Namun, bila hal-hal itu menghalangi seseorang untuk sepenuh hati mengikuti Yesus dan melayani Tuhan, maka hal-hal itu menjadi hambatan.
Peristiwa yang ketiga, seseorang yang ingin menguburkan ayahnya terlebih dahulu sebelum mengikuti Yesus. Tentu saja menguburkan ayahnya adalah sebagian dari perintah, “Hormatilah ayah dan ibumu,” (Kel 20: 12). Jadi orang itu mempunyai standard moral yang tinggi, seorang yang mematuhi hukum dan memperhatikan kewajiban-kewajiban agamanya dengan baik. Tentu saja itu juga hal yang amat baik. Namun, Yesus berkata bahwa kehidupan beragama tak boleh membuat kita mandeg dan mapan sehingga menghalangi kita untuk mengikuti Kristus yang selalu bergerak menuju wilayah-wilayah dan tantangan-tantangan yang baru.
Akhirnya, ada seorang yang ingin pamitan dahulu dengan keluarganya sebelum mengikuti Yesus. Ia ingin berbuat seperti Elisa, pada bacaan pertama, yang berpamitan dahulu dengan keluarganya sebelum menjadi murid Elia. Rupanya orang itu sangat menghargai keluarganya. Tidak ada salahnya bukan, jika ia memberitahu keluarga tentang keberadaannya? Akan tetapi kemendesakan panggilan Kerajaan Allah harus diutamakan daripada kepentingan keluarga. “Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah,” kata Yesus (Luk 9: 62).
Semuanya itu mau menunjukkan kepada kita bahwa mengikuti Kristus harus dilakukan tanpa syarat. Dapatkah anda melengkapi kalimat ini: “Saya akan mengikuti Kristus asalkan …………………..” Jika dapat, maka anda ada dalam situasi yang sama dengan orang-orang yang ingin mengikuti Yesus dalam Injil hari ini. Yesus tak mau “dinomorduakan” dalam hidup kita. Dialah yang pertama dan utama dalam hidup kita.