Bacaan Injil hari ini sudah memberikan penjelasan atas perumpamaan tentang seorang penabur yang menaburkan benihnya. Saya tertarik akan hal lain dari perumpamaan tersebut. Dengan menampilkan kehidupan dunia pertanian Yesus mengajar dengan perumpamaan. Petani itu menaburkan benih. Seorang petani menaburkan benih tentu mengharapkan hasil yang baik. Tetapi perumpamaan ini adalah kisah yang memilukan. 75% dari benih yang ditaburkan tidak menghasilkan buah. Hanya 25% yang menghasilkan buah. Rugi besar dong….
Mungkin kita mesti melihatnya dari perspektif yang berbeda. Yesus memanggil murid-murid-Nya sebagai “kawanan kecil” (Luk 12: 32). Ia juga menyebut kita, murid-murid-Nya sebagai garam dunia (Mat 5: 13). Ia juga memberi makan lima ribu orang dari sejumlah kecil roti (Mat 14: 13 – 21; Mrk 6: 30 – 43; Luk 9: 10 – 17; Yoh 6: 1 – 15). Ia lebih memilih mencari domba yang seekor yang tersesat dan meninggalkan yang 99 ekor.
Oleh sebab itu, kita sebagai kawanan kecil, minoritas, tak perlu berkecil hati. Ibu Theresa tidak mengurus seluruh orang miskin di India. Ia mulai dari Mojtihil di Calcutta tetapi gaungnya mendunia. Ada banyak orang-orang di sekitar kita pun melalui hal-hal kecil membawa perubahan. Kita mungkin memang dipanggil untuk menjadi yang kecil, tapi mesti kecil-kecil cabe rawit, kecil tapi “menggigit”. Untuk itu diperlukan kegigihan dan ketekunan seperti disebut oleh Yesus sendiri: “Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.” (Luk 8: 15).
Tidak perlu banyak mercu suar di pantai. Satu mercu suar cukup untuk memandu semua kapal yang menuju tenpat berlabuh yang aman. Saya dan anda, dipanggil untuk menjadi salah satunya. Walau kita kecil, kita ingat nasihat Padre Pio yang pestanya kita rayakan hari ini: Pray, hope and don’t worry! Berdoalah, berharap, dan tidak usah khawatir!
Bacaan Misa hari ini: 1Tim. 6:13-16; Mzm. 144:1a,2abc,3-4; Luk. 8:4-15