Sabda Hidup
Kamis, 30 Desember 2021, Hari Keenam dalam Oktaf Natal
Bacaan: 1Yoh. 2:12-17; Mzm. 96:7-8a,8b-9,10; Luk. 2:36-40.
“Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya, dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.”
(Luk 2: 36 – 38)
Masa Natal adalah masa ketika kita dengan penuh sukacita merenungkan misteri inkarnasi Sabda Allah. Sabda yang menjadi daging adalah tanda nyata akan kasih Allah bagi kita. Dialah Yesus yang menjamin keselamatan kita. Mereka yang menyambut Yesus dalam hati dan kehidupan, akan menjadi pewaris cinta dan keselamatan Allah. Syarat untuk menyambut Yesus dalam hidup kita, menurut bacaan pertama hari ini adalah “tidak mengasihi dunia” (1 Yoh 2: 15). St Yohanes sangat jelas tentang ini. Dia menulis: “Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.” Mereka yang lebih mengasihi dunia akan kurang mengasihi Yesus. Demikianlah, karena nilai-nilai Yesus tidak sesuai dengan nilai dunia.
Selama masa Natal ini kita perlu mengevaluasi, seberapa jauh kita telah menghidup nilai-nilai Yesus dalam hidup kita. Apakah kasih, sukacita, kedamaian, keadilan, dan pengampunan mempunyai tempat dalam kehidupan kita? Kita harus dengan tulus bertanya apakah kita telah menemukan Yesus dan nilai-nilai-Nya dalam perayaan-perayaan Natal kali ini, atau sama seperti trend modern dunia. Apakah perayaan Natal kita berakhir dengan belanja yang berlebihan, makan dan minum yang berlebihan dan komersialisasi yang tanpa henti? Perayaan Natal tanpa menemukan Yesus dan tanpa membantu orang lain menemukan Yesus melalui diri kita, adalah perayaan yang menyedihkan.
“Christmas must not be reduced to a sentimental or consumerist festival, full of gifts and good wishes but poor in Christian faith,” kata Paus Fransiskus. “Therefore, it is necessary to curb a certain worldly mentality, incapable of grasping the incandescent core of our faith, which is this: ‘And the Word became flesh and dwelt among us, full of grace and truth; we have beheld his glory, glory as of the only Son from the Father,” lanjutnya.
Dalam Injil hari ini kita berjumpa dengan nabiah Hana yang “menemukan” Yesus di Bait suci ketika orang tuanya membawa-Nya untuk dipersembahkan kepada Allah. Dia adalah seorang wanita yang menjauhkan diri dari dunia, seorang wanita yang beriman dan menghabiskan hidupnya berdoa. Dia tidak mengalami kesulitan untuk mengenali Yesus yang adalah karunia Allah untuk keselamatan dunia. “Ia mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem,” (Luk 2: 38). Dia memuji Tuhan atas anugerah yang luar biasa ini. Dia memberikan kesaksian dengan gembira. Bagi seorang perempuan yang menghabiskan waktunya bertahun-tahun di Bait Allah menyembah Tuhan, menemukanNya dalam daging manusia adalah hal yang hebat. Jika kita belum menemukan Yesus di masa Natal ini, kita perlu mencari Dia kembali.
Kartu Natal, bingkisan-bingkisan Natal, kunjungan ke tetangga kita, berbagi dengan sesama yang membutuhkan, ketaatan yang setia pada upacara liturgi, meskipun sangat sederhana dan biasa dalam pikiran kita, membantu kita untuk memusatkan hati kita pada Yesus, yang menjadi pusat perayaan kita. Hana telah menemukan Yesus dan bersaksi tentang Dia. Sudahkah kita menemukan Yesus dan berbagi kasih-Nya kepada orang lain?