Remah Harian

Mendengarkan Secara Selektif

Pinterest LinkedIn Tumblr

Kita semua pasti mempunyai pengalaman dengan anak-anak. Entah sebagai orang tua yang mempunyai anak-anak, atau sebagai Om-Tante dengan keponakan-keponakan, atau sebagai kakak dengan adik-adik yang masih kecil.

Sering terjadi bahwa anak-anak tidak mau mendengarkan ketika kita mengatakan sesuatu. Misalnya, mereka tidak mendengarkan ketika disuruh sikat gigi sebelum tidur, atau mengembalikan barang-barang atau mainan sesudah memakainya, atau meminta mereka membantu cuci piring, dsb.

Lalu tiba-tiba, suatu hari mereka dengan rajinnya menyapu, ngepel, mencuci piring, mengatur mainan mereka pada tempatnya. Wow… mujizat! “Koq sekarang kamu jadi anak manis?” Lalu mereka menjawab: “Ibu guru di sekolah yang bilang supaya saya melakukan itu semua.”

Banyak dari kita mengalami hal itu. Ketika kita mengatakan sesuatu, mereka tidak mendengarkan. Tetapi ketika guru mereka mengatakan sesuatu, mereka mendengarkan. Apa saja yang mereka katakan, anak-anak ikuti.

Itulah yang namanya, mendengarkan secara selektif. Anak-anak mendengar hal yang sama yang dikatakan oleh orang tua dan guru-guru mereka, tetapi mereka tidak melakukan apa yang diminta oleh orang tua. Namanya juga anak-anak, masih kekanak-kanakan. Lain halnya dengan orang dewasa yang kekanak-kanakan.

Hal yang sama kita temukan dalam Injil hari ini. Yohanes pembaptis berkata kepada orang-orang: “Bertobatlah!” Tapi mereka mengatakan, “Ah orang aneh. Terlalu keras berpuasa, terlalu fanatik. Orang gila! Kerasukan setan!” Dan Tuhan berkata: “Kita harus duduk makan bersama para pendosa. Kita harus merangkul mereka.” Dan mereka berkata: “Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa!”

Adakah yang salah dengan Yohanes Pembaptis? Adakah yang salah dengan Yesus? Tidak. Tak ada yang salah. Orang-orang itu hanya tidak mau mendengarkan mereka. Mereka selektif dalam mendengarkan. Mereka hanya ingin mendengarkan yang menyenangkan hati mereka. Kalau tidak menyenangkan, maka mereka pura-pura tuli dan bisu.

Coba, kalau ada orang yang mengingatkan hutang-hutang kita. Kita pura-pura tuli. Kita pura-pura tuli ketika kita dikritik. “Ah aku gak ngerti apa yang kamu bilang…”

Tetapi, ketika kita mendengar hal-hal yang menyenangkan, ketika kita dipuji, ketika kita mendengar gaji dinaikan, dari jarak berkilo-kilometer pun bisa mendengarnya. Itulah yang disebut mendengarkan secara selektif.

Sembari kita merenungkan sabda Tuhan hari ini, baiklah kita bertanya kepada diri sendiri: siapa yang tidak kita dengarkan dan siapa yang kita dengarkan? Mungkin kita berkata: “Ngapain dengerin sama dia, hidupnya aja gak bener!” “Ah, romonya terlalu banyak gaya, ngapain didengerin…”

Kita sering punya prasangka tersendiri. Kita mempunyai bias. Banyak dari kita, entah berapa umur kita, tetap kekanak-kanakan. Kita tetap pilih-pilih siapa atau apa yang ingin kita dengarkan. Tetapi kita harus ingat, tak seorangpun yang tahu segala-galanya. Kita bisa mendengarkan. Bahkan sering kali kita dapat belajar banyak dari orang-orang yang kadang-kadang tidak kita hargai.

Siapakah orang-orang yang tidak kita hargai? Kepada siapa saja kita menaruh prasangka? Siapa saja yang kita anggap bias pendapatnya? Siapa yang tidak punya sesuatupun yang layak kita dengar dan pelajari?

Jika kita bisa berhenti berpikir atas cara demikian, saya yakin, kita dapat belajar banyak dari guru-guru kehidupan yang tak terduga.

Bacaan Misa hari ini: 1Tim. 3:14-16Mzm. 111:1-2,3-4,5-6Luk. 7:31-35

Author

Write A Comment