Hari ini kita rayakan Pesta St. Matius, pengarang Injil. Penginjil Markus menyebutnya Levi, si pemungut cukai (Mrk 2:14). Namun, dalam empat daftar rasul-rasul yang merupakan murid terdekat Yesus (Mat 10: 2-4; Mrk 3: 16-19; Lukas 6: 14-16; Kis 1:13), ia disebut Matius. Identitasnya sebagai pemungut cukai disebutkan dalam Mat 10: 3.
Sebagai pemungut cukai, Matius dianggap sebagai orang berdosa, dianggap pengkhianat karena ia bekerja untuk penjajah Romawi. Ia ditolak dan dibenci oleh masyarakat Yahudi, tak seorangpun ingin bersamanya atau berkaitan dengannya. Namun Yesus memanggil Matius untuk menjadi salah satu murid-Nya. Pilihan Yesus sangat mengherankan dan mengejutkan, tapi yang lebih mengejutkan adalah tanggapan cepat Matius terhadap ajakan Yesus.
Seorang pendosa diampuni dan diterima oleh Yesus dan dibebaskan dari penolakan masyarakat. Matius pasti merasa sangat lega dan sangat berterima kasih kepada Yesus. Ia benar-benar berdamai dengan Tuhan dan orang lain. Mantan pemungut cukai menunjukkan kesiapsediaannya untuk mengikuti Yesus. Ia membuktikan bahwa transformasinya sungguh dalam.
Nama Matius (Hibrani: Mattityahu atau Mattay) berarti “pemberian YHWH”. Menurut Injil hari ini, ketika Yesus melintasi sebuah rumah cukai, Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai itu, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” (Mat 9: 9). Reaksi Matius sangat cepat: “Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.” Apa artinya mengikuti Yesus? Sekedar berjalan mengikuti-Nya? Tentu tidak. Mengikuti Yesus berarti meninggalkan hidup yang lama dan kemudian mengikuti pola hidup-Nya. Mengikuti Yesus berarti bersatu dengan Yesus, bergantung pada Yesus, dan tetap berada di dalam Yesus.
Apa artinya bagiku mengikuti Yesus? Apa yang menghalangiku untuk “bekerja” bagi Yesus? Seringkali ada macam-macam dalih ketika kita diminta terlibat aktif dalam tugas-tugas Gereja. “Jangan sekarang lah, masih sibuk dengan pekerjaan…” “Nanti deh… setelah pensiun…” “Nanti kalau anak-anak sudah besar saja…..” dan macam-macam dalih lainnya. Reaksi cepat dan kesiapsediaan Matius jadi permenungan kita.
Salah satu karya seni yang menggambarkan panggilan Matius adalah lukisan Michelangelo Merisi da Caravaggio, yang diselesaikan antara tahun 1599 – 1600, untuk kapel Contarelli yang berada dalam Gereja San Luigi dei Francesi di Roma, dan sampai sekarang masih tergantung di sana. Konon, pada saat mudanya, Paus Fransiskus sering mengunjungi kapel di mana lukisan ini berada, dan mengkontemplasikan panggilan Matius melalui lukisan ini.
Lukisan itu menggambarkan kisah dari Injil Matius (Matius 9: 9): “Ia melihat seorang yang bernama Matius duduk di rumah cukai, lalu Ia berkata kepadanya: “Ikutlah Aku.” Maka berdirilah Matius lalu mengikut Dia.” Caravaggio menggambarkan Matius pemungut pajak duduk di meja dengan empat pria lainnya. Yesus Kristus dan Petrus memasuki ruangan, dan Yesus menunjuk Matius. Seberkas cahaya menerangi wajah orang-orang di meja yang melihat Yesus Kristus.
Ada beberapa perdebatan mengenai siapa pria dalam lukisan itu adalah Santo Matius.
Kebanyakan penulis beranggapan bahwa Santo Matius adlah sebagai pria berjenggot dalam lukisan tersebut, yang terlihat menunjuk pada dirinya sendiri, seolah bertanya “Aku?” sebagai tanggapan atas panggilan Kristus. Teori ini diperkuat oleh dua karya lainnya: The Inspiration of Saint Matthew, dan The Martyrdom of Saint Matthew. Pria berjanggut muncul dalam ketiga karya tersebut.
Namun ada juga yang menginterpretasikan bahwa pria berjenggot tersebut sebenarnya menunjuk pada pemuda di ujung meja, yang kepalanya terpuruk. Sekan-akan, pria berjanggut itu bertanya, “Dia?” sebagai tanggapan atas panggilan Kristus, dan lukisan itu menggambarkan saat sebelum seorang Matius muda, yang terbebani dengan cara hidupnya yang lama mengangkat kepalanya untuk melihat Kristus.
Entah figur yang mana yang menunjukkan pribadi Matius dalam lukisan itu, keterbukaan Matius pada cara hidup yang baru yang dibawa oleh Yesus perlu kita tiru. Tidak jarang kita lebih nyaman dengan kemapanan dan takut memeluk pembaharuan, walau kemapanan itu adalah kemapanan dalam dosa.
Bacaan Misa hari ini: Ef. 4:1-7,11-13; Mzm. 19:2-3,4-5; Mat. 9:9-13