Remah Harian

Iman

Pinterest LinkedIn Tumblr

Perikop Injil hari ini membawa kita bersentuhan dengan isu krusial hidup kita: iman. Tanpa iman, kita tidak dapat hidup. Tanpa iman, tidak ada kristianitas. Tanpa iman, kita menjadi pelayan-pelayan Kristus yang tak berdaya. Itulah yang terjadi dengan para rasul. Mereka tidak dapat menyembuhkan anak yang menderita sakit ayan itu karena kekurangan iman.

Lalu, apa itu iman? Pada level yang paling dasar, ada iman manusiawi. Itu adalah tindakan dari kehendak dengan menegaskan kepercayaan pada diri sendiri. Misalnya, untuk dapat lulus test mengemudi, maka seseorang harus percaya bahwa dia bisa mengemudi. Kepercayaan seperti itu bukannya tidak berguna. Itu penting untuk membangun kepercayaan diri.

Kemudian ada iman yang paling umum kita miliki. Iman sebagai tindakan mempercayakan diri kepada Tuhan, kepada kekuatan dan penyelenggaraan-Nya. Ini bukan suatu kepercayaan pada diri sendiri tetapi kepada Tuhan. Namun inisiatif dari tindakan itu adalah kita, manusia. Ini dapat disebut iman buta. Suatu loncatan ke dalam kegelapan yang tidak kita mengerti. Barangkali, iman seperti itu memerlukan keberanian yang luar biasa, atau bahkan sikap naif. Ketika kita diminta berdoa untuk seeorang, kita serahkan orang itu pada kekuatan dan penyelenggaraan Tuhan. Tetapi bagi kebanyakan dari kita, di belakang kepala kita, sering muncul keraguan, apakah Tuhan akan mendengarkan doa-doa kta? Jadi doa kita tidak efektif karena entah kita yang berdoa atau orang yang kita doakan tidak yakin pada cinta dan belas kasih Tuhan. Itulah yang terjadi pada para rasul.

Jadi iman seperti apakah yang diminta oleh Yesus? Yang diminta oleh Yesus adalah iman pada kekuatan dan cinta Tuhan, tetapi merupakan tanggapan kita pada Allah yang lebih dahulu mengasihi dan mencintai kita. Jadi bukan sekedar kepercayaan buta, atau kepercayaan pada kekuatan diri sendiri, tetapi iman yang muncul dari Allah yang lebih dahulu mengasihi kita.

Oleh sebab itu tanpa mengalami Tuhan yang lebih dahulu mencintai kita, kita tidak dapat memiliki iman yang kuat dan dibangun atas pengalaman dan keyakinan personal kita. Tanpa pengalaman akan cinta Tuhan, iman itu hanya ada pada level pengetahuan atau iman buta.

Maka, ketika Yesus menegur para murid: “ “Hai kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu?” (Mat 17: 17). Ia menantang para murid untuk membuka mata mereka, untuk melihat cinta, belas kasih dan kekuatan Allah yang hadir dalam diri Yesus dalam seluruh keberadaanNya bersama mereka, dalam sabda dan tindakan.

Semoga kita mampu membuka mata, telinga, hati, seluruh diri kita untuk mengalami cinta Tuhan dalam hidup sehari-hari. Dan atas pengalaman kuat akan cinta Tuhan itu, kita membangun iman kita. Dan percayalah, “sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu,” (Mat 17: 20).

Author

Write A Comment