Hari ini kita rayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia yang ke 72. Bacaan Injil dari Injil Matius mengisahkan perjumpaan antara kaum Farisi dan Herodaan yang datang untuk menjebak Yesus dengan pertanyan tentang membayar pajak kepada kaisar atau tidak.
Farisi berasal dari kata Ibrani “Perusyim” yang artinya adalah “yang terasing”. Mereka adalah penganut murni agama Yahudi. Mereka diyakini berasal dari kaum Hasidim (umat Allah yang setia) sejak abad 2 SM tepatnya pada masa pemerintahan Yohanes Hyrkanus. Golongan Farisi memusatkan perhatian mereka pada masalah-masalah agama dengan menjalankan secara murni hukum Taurat. Mereka menjadi gambaran yang khas orang-orang Yahudi (Flp 3:5-6).
Sedangkan Herodian adalah nama bagi kelompok yang menjadi pengikut setia dinasti Herodes, yakni Herodes Agung dan keluarganya, yang pada waktu itu menjadi penguasa Palestina di bawah pemerintahan Romawi. Seperti kaum Saduki, golongan Herodian adalah sebuah partai politik dan berorientasi pada kepentingan politik.Perbedaan antara keduanya, kaum Saduki masih memiliki landasan religius sedangkan golongan Herodian hanya tertarik pada motif politik. Selain bersifat politis, golongan Herodian juga terbuka terhadap helenisasi. Sikap konformitas itu juga terlihat dari sikap politik mereka yang mendukung Herodes Agung yang berasal dari suku Idumea/Edom. Karena itu, di mata masyarakat Yahudi pada umumnya yang tidak menyukai dipimpin oleh orang-orang asing, kaum Herodian dipandang rendah sebagai kolaborator penguasa asing. Meskipun demikian, kaum Herodian ini adalah orang-orang Yahudi.
Kedua kelompok ini sebetulnya bertolak belakang. Kaum Farisi dengan usaha untuk setia sebagai orang Yahudi, kaum Herodian sebagai pengikut Herodes, pro penjajah Romawi. Tetapi demi menjebak Yesus mereka seolah-olah bersatu untuk bertanya kepada Yesus: “Bolehkah membayar pajak kepada kaisar atau tidak?” Yesus tidak menjawab pertanyaan mereka. Dia justru mengetahui kejahatan hati mereka sehingga meminta mereka untuk menunjukkan coin dinar dimana ada gambar dan tulisan kaisar. Yesus berkata kepada mereka. “Berikanlah kepada kaisar apa yang menjadi hak kaisar dan kepada Allah yang menjadi hak Allah.”
Apa makna yang terkandung dalam pernyataan Yesus ini?
Pertama, “Berilah kepada kaisar yang menjadi hak kaisar”. Kaum Farisi dan Herodian adalah masyarakat yang dipimpin oleh pemerintahan dunia. Maka meskipun orang Farisi memperjuangkan kemurnian ajaran agama Yahudi dan Herodian mengikuti Herodes tetapi sama-sama sebagai warga, mereka patut untuk taat dan setia kepada pemerintah dunia. Maka relasi sebagai warga masyarakat dengan pemerintah harus harmonis. Pemerintah tidak mampu mengurus dirinya sendiri, rakyatlah yang harus mendukung mereka.
Kedua, “Berilah kepada Allah yang menjadi hak Allah”. Di dalam Kitab kejadian kita membaca, “Manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah” (Kej 1:27). Ini berarti Yesus menuntut mereka untuk memberi diri secara total kepada Allah karena mereka adalah citra Allah sendiri, bukan citra Kaisar. Memberi diri secara total berarti patuh dan tunduk pada kehendak Allah dan menjadi kudus menyerupai Allah. Sebagai pengikuti Kristus, kita saat ini segambar dengan Kristus karena sakramen pembaptisan. Maka, memberi diri secara total kepada Kristus berarti menjadi serupa dengan Kristus. Ini adalah nilai yang tertinggi.
Sabda Tuhan hari ini membuat kita banyak merenung. Banyak tuntutan yang kita kehendaki supaya pemerintah menjadi lebih bersih, dan bijaksana tetapi “masih dalam taraf perjuangan”. Apabila nama “Negara Kesatuan Republik Indonesia” (NKRI) mau kita beri arti yang benar, maka sangat jelaslah kita harus menutupi segala jurang yang sekarang masih kerap memisahkan warga negara yang satu dengan yang lain atau kelompok yang satu dengan yang lain di bidang apapun.
Kitapun tidak dapat menutup mata akan adanya orang-orang yang mau memaksakan keyakinannya sendiri kepada orang lain. Bagaimana bisa dibenarkan bahwa orang lain karena ancaman atau kekerasan mau dipaksan bertindak melawan hati nuraninya? Di mana letak kesatuan Republik kita apa bila kemerdekaan beragama dan kebebasan hati nurani mau diinjak-injak? Kita semua harus ikut memperjuangkan kelestarian Negara Kesatuan Republik Indonesia. Semoga bangsa kita terus bertekad untuk hidup rukun dengan prinsip saling menghormati dan bergotong royong.
Banyak perubahan kita harapkan, namun kita tidak boleh menutup mata dengan kasus-kasus besar dan kecil di negara ini menunjukkan betapa sabda Tuhan ini masih jauh dari penghayatannya secara benar. Hanya Tuhan yang punya kuasa untuk mengubah kehidupan manusia, bangsa dan negara di dunia ini. Bagi anda dan saya, kita diciptakan segambar dengan Allah maka cinta kasih, keadilan, kesejahteraan adalah cita-cita kita dan harus dicapai dengan cara kita, sesuai dengan panggilan kita masing-masing, dalam kebersamaan. 72 Tahun Indonesia Merdeka, Kerja Bersama. Kita bersama-sama bersatu, bergotong-royong dalam keberagaman, melanjutkan perjuangan untuk menjadi bangsa yang terhormat.
MERDEKA! KERJA BERSAMA!