Maka setelah dihasut oleh ibunya, anak perempuan itu berkata: “Berikanlah aku di sini kepala Yohanes Pembaptis di sebuah talam.” Lalu sedihlah hati raja, tetapi karena sumpahnya dan karena tamu-tamunya diperintahkannya juga untuk memberikannya. Disuruhnya memenggal kepala Yohanes di penjara….. (Mat 14: 8 – 10)
Sikap kompromistis dalam memegang kebenaran seharusnya tidak terjadi. Filipino menyebut karakter Herodes ini “balimbing”. Seperti buah belimbing, bercabang-cabang, tidak jelas. Herodes tahu yang sebenarnya, namun karena kesombongan dan kepongahannya sebagai raja, dia tidak dapat tunduk mengakui kebenaran tentang cara hidupnya yang tidak bermoral. Dia mudah terpengaruh oleh hasutan pasangan hidupnya yang tidak sah. Dia lemah karena meskipun mengenal Yohanes Pembaptis sebagai orang suci, dia menyerah pada tindakan tidak bermoral untuk membunuhnya hanya untuk menyelamatkan muka. Seberapa sering kita mengkompromikan nilai yang lebih tinggi dengan nilai yang lebih rendah? Alih-alih memperjuangkan dan membela kejujuran moral, seberapa sering kita dengan mudah membuangnya untuk kenyamanan sosial, gengsi, prestise dan kepalsuan?